Senin, 11 Februari 2013

PEMBENIHAN IKAN KERAPU MACAN (EPINEPHELUS FUSCOGUTTATUS)


PEMBENIHAN IKAN KERAPU MACAN (EPINEPHELUS FUSCOGUTTATUS)


PEMBENIHAN IKAN KERAPU MACAN (EPINEPHELUS FUSCOGUTTATUS)
Oleh : Amri

I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan Kerapu (Epinephelus sp) umumnya dikenal dengan istilah “groupers” dan merupakan salah satu komoditas perikanan yang mempunyai peluang baik dipasarkan domestik maupun padar internasional dan selain itu nilai jualnya cukup tinggi. Eksport ikan kerapu melaju pesat sebesar 350% yaitu dari 19 ton pada tahun 1987 menjadi 57 ton pada tahun 1988 (Deptan, 1990). Ikan Kerapu mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan untuk dibudidayakan karena pertumbuhannya cepat dan dapat diproduksi massal untuk melayani permintaan pasar ikan kerapu dalam keadaan hidup. Berkembangnya pasaran ikan kerapu hidup karena adanya perubahan selera konsumen dari ikan mati atau beku kepada ikan dalam keadaan hidup, telah mendorong masyarakat untuk memenuhi permintaan pasar ikan kerapu melalui usaha budidaya.
Budidaya ikan kerapu telah dilakukan dibeberapa tempat di Indonesia, namun dalam proses pengembangannya masih menemui kendala, karena keterbatasan benih. Selama ini para petani nelayan masih mengandalkan benih alam yang sifatnya musiman. Namun sejak tahun 1993 ikan kerapu macan(Epinephelus fuscoguttatus) sudah dapat dibenihkan, Balai Budidaya Laut Lampung sebagai unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Perikanan, telah melakukan upaya untuk menghasilkan benih melalui pembenihan buatan manipulasi lingkungan dan penggunaan hormon.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan daripada penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui teknik budidaya Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus)
2. Mengetahui tahapan dalam melakukan budidaya ikan Kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus).


II BIOLOGI KERAPU MACAN
2.1 Klasifikasi
Ikan kerapu macan (Epinehelus fuscoguttatus) digolongkan pada :
Class : Chondrichthyes
Sub class : Ellasmobranchii
Ordo : Percomorphi
Divisi : Perciformes
Famili : Serranidae
Genus : Epinephelus
Species : Epinepheus sp


2.2 Morfologi
Habitat dan kebiasaan makan dan makanannya. Ikan kerapu bentuk tubuhnya agak rendah, moncong panjang memipih dan menajam, maxillarry lebar diluar mata, gigi pada bagian sisi dentary 3 atau 4 baris, terdapat bintik putih coklat pada kepala, badan dan sirip, bintik hitam pada bagian dorsal dan poterior. Habitat benih ikan kerapu macan adalah pantai yang banyak ditumbuhi algae jenis reticulata dan Gracilaria sp, setelah dewasa hidup di perairan yang lebih dalam dengan dasar terdiri dari pasar berlumpur.
Ikan kerapu termasuk jenis karnivora dan cara makannya “mencaplok” satu persatu makan yang diberikan sebelum makanan sampai ke dasar. Pakan yang paling disukai kenis krustaceae (rebon, dogol dan krosok), selain itu jenis ikan-ikan (tembang, teri dan belanak).


III TEKNIK PEMBENIHAN
3.1 Sarana Pembenihan
Sarana Pembenihan yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Induk sebanyak 5 ekor betina dan 2 ekor jantan. Induk jantan berukuran panjang 77 – 78 cm dan berat 9,5 – 11 kg/ekor. Induk betina berukuran panjang 60 – 70 cm dan berat 5,3 – 7,8 kg/ekor.
2. Pakan induk berupa ikan segar dari jenis selar, japuh dan jantan yang kandungan proteinnya tinggi dan kandungan lemaknya rendah.
3. Kurungan apung untuk pemeliharaan induk berukuran 3 x 3 x 3 m
4. Bak pemijahan dengan kapasitas 100 ton.
5. Bak penetasan sekaligus juga merupakan bak pemeliharaan larva yang berukuran 4 x 1 x 1 m 3 terbuat dari beton, berbentuk empat persegi panjang.

3.2 Metode
Metoda yang digunakan adalah manipulasi lingkungan. Untuk merangsang terjadinya perkawinan antara jantan dengan induk betina matang kelamin digunakan metoda manipulasi lingkungan di bak terkontrol. Teknik pemijahan dengan manipulasi lingkungan ini dikembangkan berdasarkan pemijahan ikan kerapu di alam, yaitu dengan rangsangan atau kejutan faktor-faktor lingkungan seperti suhu, kadar garam, kedalaman air dan lain-lain. Pemijahan mengikuti fase peredaran bulan; pada saat bulan terang atau bulan gelap.

3.3 Pemeliharaan Induk
Induk ikan kerapu yang dipijahkan dipelihara di laut dalam kurungan apung dengan padat penebaran induk 7,5 – 10 kg/m 3 . Pakan yang diberikan berupa ikan rucah segar berkadar lemak rendah. Diluar pemijahan ikan, takaran pakan yang diberikan sebesar 3 – 5% dari total berat badan ikan/hari, sedangkan pada musim pemijahan diturunkan menjadi 1%. Disamping itu diberikan pula vitamin E dengan dosis 10 – 15 mg/ekor/minggu.

3.4 Sex Reversal
Kerapu termasuk ikan yang “hermaprodit protogyni”, yaitu pada kehidupan awal belum ditentukan jenis kelaminnya. Sel kelamin betina terbentuk setelah berumur 2 tahun dengan panjang 50 cm dan berat 5 kg. Sel kelamin betina berubah menjadi sel kelamin jantan pada umur 4 tahun dengan panjang tubuh sekitar 70 cm dan berat 11 kg. Ada kenyataannya lebih banyak ditemui ikan kerapu jantan atau mempercepat perubahan kelamin dari betina ke jantan dapat dipacu/dirangsang dengan hormon testosteron. Pemberian hormon testosteron dilakukan secara oral melalui makan setiap minggu, diikuti dengan penambahan multivitamin. Takaran yang diberikan adalah : Hormon testosteron 2 mg/kg induk Multivitamin 10 mg/kg induk

3.5 Seleksi Induk
Kematangan kelamin induk jantan ikan kerapu diketahui denan cara mengurut bagian perut ikan (stripping) ke arah awal sperma yang keluar warnan putih susu dan jumlahnya banyak diamati untuk menentukan kualitasnya. Kematangannya kelamin induk betina diketahui dengan cara kanulasi, yaitu memasukkan selang plastik ke dalam lubang kelamin ikan, kemudian dihisap. Telur yang diperoleh diamati untuk mengetahui tingkat kematangannya, garis tengah (diameter) telor diatas 450 mikron.

3.6 Pemijahan
Adapaun langkah kerja daripada pemijahan adalah sebagai berikut.
• Induk kerapu matang kelamin dipindahkan ke bak pemijahan yang sebelumnya telah diisi air laut bersih dengan ketingian 1,5 m dan salinitas + 32 ‰.
• Manipulasi lingkungan dilakukan menjelang bulan gelap yaitu dengan cara menaikkan dan menurunkan permukaan/tinggi air setiap hari. Mulai jam 09.00 sampai jam 14.00 permukaan air diturunkan sampai kedalaman 40 cm dari dasar bak. Setelah jam 14.00 permukaan air dikembangkan ke possisi semula (tinggi air 1,5 m). Perlakuan ini dilakukan terus menerus sampai induk memijah secara alami.
• Rangsangan hormonal induk kerapu matang kelamin disuntik dengan hormon Human Chorionic Gonadotropin (HGG) dan Puberogen untuk merangsang terjadinya pemijahan. Takaran hormon yang diberikan adalah : HGG 1.000 – 2.000 IU/kg induk dan Puberogen 150 – 225 RU/kg induk
3.7 Perkembangan Dan Pemeliharaan Larva
1. Pemeliharaan Larva
Larva yang baru menetas terlihat transparan, melayang-melayang dan gerakannya tidak aktif serta tampak kuning telur dan oil globulenya. Larva akan berubah bentuk menyerupai kerapu dewasa setelah berumur 31 hari.
Adapun perkembangan larva kerapu dari umur 1 hari (D1) sampai umur 31 hari (D31) dapat dilihat pada table di bawah ini.


Tabel. Perkembangan Larva Ikan Kerapu.
Hari ke Tahap Perkembangan Panjang (mm)
D1 Larva baru menetas transparan, melayang dan tidak aktif. 1,89 – 2,11
D3 Timbul bintik hitam di kepala dan pangkal perut. 2,14 – 2,44
D7-8 Timbul calon sirip punggung yang keras dan panjang. 7,98 – 8,96
D9-11 Timbul calon sirip punggung yang keras dan panjang. 15,88 – 17,24
D15-17 Duri memutih, bagian ujung agak kehitaman 17,2 – 18,6
D23-26 Sebagian duri mengalami reformasi dan patah, pada bagian ujung tumbuh sirip awal lunak 20,31 – 22,64
D29-31 Sebagian larva yang pertumbuhannya capat telah berubah menjadi burayak (juvenil), bentuk dan warnanya telah menyerupai ikan dewasa. 22,40 – 23,42
Masa kritis kedua dijumpai pada waktu larva berumur 8 hari (D8) memasuki umur 9 hari (D9), dimana pada saat itu mulai terjadi perubahan bentuk tubuh yang sangat panjang dan spesifik, sampai pada hari ke 20 (D20) larva berkembang dengan baik dan belum menunjukkan adanya tanda-tanda kematian, akan tetapi memasuki hari ke 22 (D22), 23 (D23) sebagian dari larva baik yan masih kecil maupun yang sudah besar mulai nampak adanya kematian. Diawali dengan adanya gerakan memutar (whirling) yang tidak terkendali kemudian terbalik lalu mati. Pada kasus tersebut diupayakan dengan cara merubah pakan Artemia dengan kandungan W3 HUFA yang lebih tingi. Dari kasus ini tentunya dapat diajukan suatu hepotesa sementara bahwa kurannya unsur tertentu pada larva kerapu dalam waktu yang cukup lama akan mempengaruhi kondisi fisik dan kelangsungan hidup larva.

2. Pemeliharaan Larva
Larva kerapu yang baru menetas mempunyai cadangan makanan berupa kuning telur. Pakan ini akan dimanfaatkan sampai hari ke 2 (D2) setelah menetas dan selama kurun waktu tersebut larva tidak memerlukan dari luar. Umur 3 hari (D3) kuning telur mulai terserap habis, perlu segera diberi pakan dari luar berupa Rotifera, Brachionus Plicatilis dengan kepadatan 1 – 3 ekor/ml. Disamping itu ditambahkan pula Phytoplankton chlorella sp dengan kepadatan antara 5.10 – 10 sel/ml.
Pemberian pakan ini sampai larva berumur 16 hari (D16) dengan penambahan secara bertahap hingga mencapai kepadatan 5 – 10 ekor/ml plytoplankton 10 – 2.10 sel/ml media. Pada hari kesembilan (D9) mulai diberi pakan naupli artemia yang baru menetas dengan kepadatan 0,25 – 0,75 ekor/ml media. Pemberian pakan naupli artemia ini dilakukan sampai larva berumur 25 hari (D25) dengan peningkatan kepadatan hingga mencapai 2 – 5 ekor/ml media. Disamping itu pada hari ke tujuh belas (D17) larva mulai diberi pakan Artemia yang telah berumur 1 hari, kemudian secara bertahap pakan yang diberikan diubah dari Artemia umur 1 hari ke Artemia setengah dewasa dan akhirnya dewasa sampai larva berumur 50 hari.

3.8 Pengelolaan Kualitas Air
Bak penetasan telur yang sekaligus merupakan bak pemeliharaan larva perlu dijaga kualitas airnya dengan penambahan phytoplankton Chlorella, dengan kepadatan 5.10 3 – 10 4 sel/ml. Phytoplankton akan menggeliminir pembusukkan yang ditimbulkan oleh telur yang tidak menetas dan sisa cangkang telur yang ditinggalkan. Pembersihan dasar bak dengan cara penyiponan dilakukan pada hari pertama dengan maksud untuk membuang sisa-sisa telur yang tidak menetas dan cangkang telur. Penggantian air dilaksanakan pertama kali pada saat larva berumur 6 hari (D6) yaitu sebanyak 5 – 10%. Penggantian air dilakukan setiap hari dan dengan bertambahnya umur larva, maka volume air yang perlu diganti juga semakin banyak. Pada saat larva telah berumur 30 hari (D30) pengganti air dilakukan sebanyak 20% dan bila larva telah berumur 40 hari (D40) air yang diganti sebanyak 40%.

IV KESIMPULAN
Dari uraian tersebut di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
1) Ikan kerapu meruapakan salah satu komoditi perikanan yang pasaran ekspornya cukup menonjol, sehingga selama sekitar 10 tahun terakhir telah berkembang cukup pesat. Karena besarnya permintaan pasaran internasional, menyebabkan munculnya inisiatif masyarakat untuk mengembangkan usaha ikan kerapu dengan cara budidaya kajapung selain dengan mengusahakan secara tradisional yaitu dengan penangkapan di alam.
2) Secara teknis budidaya ikan kerapu dapat dilaksanakan di berbagai daerah di Indonesia, karena didukung oleh sumber daya alam dan iklim yang sesuai dengan tuntutan hidup ikan kerapu. Tetapi untuk memperoleh produktivitas yang tinggi, diperlukan intensifikasi pemeliharaan dan technological engineering terutama dalam penyediaan bibit yang dipijahkan secara teknologis.
3) Keberhasilan pembesaran ikan kerapu sangat tergantung pada kecukupan pakan. Pada tahap awal pembesaran, pemberian pakan dilakukan sesering mungkin sampai ikan benar-benar kenyang, minimal tiga kali sehari.

Kamis, 07 Februari 2013

teknik pemijahan ikan maskoki dalam akuarium

   .maskoki dapat dipijahkan dengan menggunakan akuarium sebagai tempat pemijahan. Untuk melaksanakan hal tersebut diatas, akuarium yang digunakan sebaiknya berukuran 80 x 40 x 40 cm atau 90 x 45 x 45.

Hal tersebut dikarenakan akuarium berukuran seperti itu dapat digunakan untuk memijahkan lebih dari 1 pasang ikan maskoki,sehingga proses pemijahan dapat berjalan secara optimal

A. PEMILIHAN INDUKAN.
Induk yang akan dipijahkan harus memenuhi kriteria berikut ini :

Induk Jantan
  1. Mempunyai bintik putih disirip dadanya.
  2. Berusia 6 – 7 bulan.
  3. Berbadan sehat.
  4. Pergerakannya normal ( lincah ).
Induk Betina
  1. Sirip dadanya halus.
  2. Montok.
  3. Berusia 7 bulan.
  4. Bebadan sehat.
  5. Matang gonad.
Untuk memperbesar kemungkinan keberhasilan dari proses pemijahan ini, perbandingan jumlah antara induk jantan dengan induk betina yang dipijahkan adalah 2 : 1. Selain itu, kedua indukan juga harus berasal dari strain yang sama. Dalam 1 bulan, indukan dapat dipijahkan sebanyak 1 kali.
B. PEMIJAHAN.
Langkah – langkah yang harus dilakukan sebelum memulai proses pemijahan adalah :
  1. Menyucihamakan akuarium dengan menggunakan PK.
  2. Akuarium diisi air setinggi 20 cm.
  3. Penataan enceng gondok yang akan digunakan sebagi sarana untuk melekakan telur.
  4. Suhu air harus diusahakan berada dikisaran 27 – 300 C.
  5. pH air harus selalu diusahakan netral.
Pemijahan ikan maskoki akan terjadi pada malam hari ditandai dengan keluarnya sel telur yang akan langsung dibuahi oleh sel sperma.

Setelah proses pembuahan terjadi, induk ikan maskoki harus segera dipindahkan supaya telur – telur tersebut tidak dimangsa oleh mereka. Telur dapat ditetaskan didalam akuarium yang sudah dilengkapi dengan aerator sebagai pemasok oksigen.

Telur akan menetas 2 hari kemudian, dimana pemberian pakan terhadap mereka baru dilakukan setelah larva berusia 1 minggu. Pada usia ini, pakan yang dapat diberikan adalah kutu air. Setelah menginjak umur 2 minggu, pakan dapat diganti dengan cacing sutera.

cara melakukan pemijahan ikan cupang dan perawatan burayak


Ikan cupang yang dipelihara dengan tujuan untukdibudidayakan tentu tidak lepas dari pemijahan ikan cupang. Pemijahan bertujuan untuk mengembangbiakkan ikan cupang dan sekaligus membantu mencari bibit unggul dari persilangan antara cupang yang satu dengan yang lainnya.
Berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum memijahkan ikan cupang dan cara-cara pemijahan ikan cupang.
 
1.Siapkan pasangan yang akan dikawinkan ( usahakan itu merupakan jantan dominan dan induk dominan serta keduanya harus sudah cukup umur dan berada pada kondisi yang sehat )

2.Berikan makanan secukupnya kepada ikan cupang yang akan dikawinkan tersebut sebelum dilakukan pemijahan   

3. Usahakan menggunakan betina yang belum pernah dikawinkan, hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, karena menurut penelitian, hasil telur perkawinan ikan cupang yang pertama merupakan hasil yang paling optimal dibanding dengan hasil produksi telur yang ke 2 kali.

4. Tempatkan jantan dan betina dalam wadah yang sama secara langsung dan tidak perlu tahap pengenalan atau perjodohan, karena saya melakukannya begitu juga dan tidak mengalami masalah apa - apa kecuali salah satu dari cupang tersebut belum siap kawin, maka tidak akan ada telur yang dapat dihasilkan.
Catatan " dalam waktu 1 x 24 jam atau 1 hari akan ada telur dengan syarat kedua cupang sudah siap kawin " saya menuliskan ini sesuai dengan hasil budidaya saya sendiri dan jika dalam waktu 2 hari blm ada telur maka pisahkan betina dari tmpt jantan, karena ini menunjukan kalau mereka belum siap kawin.

Persiapan Wadah Pemijahan 

1. Anda dapat menggunakan wadah berupa aquarium, gentong atau ember/baskomplastik sebagai tempat pemijahan. Jangan gunakan tempat yang terlalu lebar.  

2. Isi dengan air yang telah diendapkan dengan kedalaman antara 10 s/d 15 Cm Ini dimaksudkan agar suhu air didasar tidak terlalu dingin, memudahkan si jantan merawat telur dan burayak yang jatuh dari busa. Suhu yang dibutuhkan antara 21 hingga 31 derajad Celcius, untuk pemijahan idealnya adalah 25 derajad Celcius. 

3. Siapkan media pijah (substrat) bisa berupa tanaman air seperti Java Moss, daun ketapang kering, potongan styrofoam atau serabut rafia atau lembaran plastik bening tempat si jantan membuat busa/sarang untuk meletakkan telur. Biasanya sering menggunakan plastik bening dengan pertimbangan karena bisa memonitor telur dengan melihat dari bagian atas, tidak membusuk, tidak tenggelam dan relatif lebih bersih. Ukuran plastik cukup 10×15 cm atau 10×10 cm saja.

4. Jangan lupa berikan sedikit garam ke tempat dimana akan dilakukan pemijahan , hal ini dilakukan karena untuk meminimalkan tumbuhnya jamur yang dapat menyerang ikan cupang kita.

 

Pemijahan

 

Pada indukan jantan yang matang warna siripnya terlihat lebih cerah dan pada induk betina perutnya terlihat membuncit dan secara transparan kita dapat melihat telur pada saluran pengeluarannya. 

1. Masukkan jantan dan betina yang akan dikawinkan ke wadah pemijahan yang telah disiapkan dan biarkan selama 1 hari serta jangan lupa tutup tempat pemijahan tersebut. dan usahakan tempat yang dijadikan tempat pemijahan itu gelap.

2. Dalam tempo antara 2 hingga 8 jam si jantan akan membangun busa pada substrat yang akan digunakan sebagai tempat bercumbu dan bulan madunya. Sarang dibuat oleh si jantan dengan cara mengambil gelembung udara dari permukaan dan melepaskannya dibawah permukaan daun atau tanaman air yang mengapung dipermukaan air. betina yang siap dikawinkan adalah betina yang sudah cukup umurnya dan memiliki bintik putih dibagian perut dan perut sedikit buncit, serta badan yang akan belang-belang warna putih. Sedangkan pada jantan, dapat dilihat dari sifatnya yang sangat suka membuat gelembung busa diatas permukaan air dan itu merupakan tanda bahwa si jantan siap dikawinkan
3. Jika dalam waktu 2 hari masih tidak ada telur, maka segera pisahkan pasangan tersebut

4. Proses pernikahan akan terjadi selama kurang lebih 2-3 hari 


5. Pada saat pemijahan tubuh si jantan akan melilit dan menyelubungi tubuh induk betina membentuk huruf “U” dengan ventral saling berdekatan sampai betina mengeluarkan telur yang segera dibuahi oleh sperma si jantan. Telur-telur tersebut akan berjatuhan ke dasar dan segera diambil si jantan dengan mulutnya untuk diletakkan di sarang busa. Proses pemijahan ini bisa berlangsung selama berjam-jam dan dengan proses yang berulang-ulang, dan merupakan ritual yang sangat menarik untuk dilihat.  

6. Aktifitas pemijahan berakhir dengan tanda-tanda si jantan mengusir betina agar menjauh dari sarang busa.  Dengan tujuan agar sibetina tidak memakan telurnya sendiri

7. Setelah aktifitas pemijahan selesai, segera angkat induk betina dan letakkan di aquarium pengobatan dengan diberikan metylene blue/pomate untuk pengobatan luka-luka akibat pemijahan, dan dapat dikawinkan lagi setelah 3-4 minggu. Selanjutnya tugas menjaga telur dan merawat bayi diambil alih oleh si jantan.  

8. Berikan sedikit makanan kepada sijantan selama proses penjagaannya terhadap anak-anaknya. 

9. Telur-telur yang subur akan menetas setelah 24 jam pada suhu berkisar 25 derajat Celcius. Dan 2 hari kemudian akan terlihat burayak seukuran jarum dengan warna kehitaman. 

10. Bila burayak telah dapat berenang bebas indukan jantan dapat segera diangkat dan tempatkan pada aquarium pengobatan/karantina. Setelah 7 hari indukan jantan telah siap untuk dikawinkan lagi. Perlu dicatat bahwa cupang tidak akan pernah mau kawin dengan pasangan yang bukan pilihannya. 

Pembesaran Anakan Ikan Cupang

Burayak sampai umur 2-3 hari tidak perlu diberi makan karena adanya cadangan kuning telur (egg yolk) dalam tubuhnya. Pembesaran burayak tidak sesulit seperti yang kita bayangkan asal kita mengetahui tahap-tahapnya, dan itu merupakan tantangan tersendiri bagi para breeder pengembangbiak.
  1. Dengan meletakkan tanaman air pada wadah pemijahan berguna dalam menyumbangkan sedikit infusoria secara alami buat burayak.
  2. Setelah burayak dapat berenang bebas secara otomatis dan naluri alamiahnya akan berburu untuk makan, dan secara naluri pula mereka dengan atraktif akan menyerang sesuatu yang bergerak.
  3. Pada saat burayak berumur 3-4 hari dapat diberikan vinegar eels (belut cuka), gerakannya disukai serta menarik minat burayak dan bentuknya yang sangat kecil cukup pas untuk burayak memakannya. Anda dapat juga memberi makan burayak dengan infusoria, rotifera atau micro worms (cacing sutra).
  4. Setelah burayak berumur 1 minggu dapat diberikan pakan kutu air saring atau BBS (Baby Brine Shrimp)/Artemia yang telah dikultur.
  5. Pemberian kutu air dan Artemia bisa dilanjutkan hingga burayak berumur 3 minggu, dan dapat juga dicampur/divariasi dengan cacing tubifex sp., chironomus sp., ataupun vinegar eels karena pertumbuhan burayak sering kali tidak sama.
  6. Pada umur 5 minggu burayak siap untuk dilakukan pendederan atau dipindahkan ketempat yang lebih besar ataupun kolam. Pada saat ini porsi pemberian pakan lebih banyak dan dilakukan penggantian air secara kontinyu.
  7. Pada usia 4 hingga 6 minggu burayak mulai terbentuk organ labirinnya dan mereka mulai menuju permukaan untuk bernafas (mengambil oksigen langsung dari udara).
  8. Setelah lewat umur 6 minggu pemberian diet makanan mulai variatif, jentik nyamuk (cuk), kutu air dan bloodworm.
  9. Lakukan penggantian air sebanyak 30% dengan cara siphon atau membuka drain/valvenya, sekaligus membersihkan kotoran dan sisa pakan yang ada didasar. Kemudian tambahkan air baru yang telah diendapkan secara lembut/perlahan. Sejak usia 4 minggu naluri bertarung sudah mulai tampak dan penggantian atau penambahan air baru/bersih akan merangsang aktivitas hormonal ikan yang mengarah kepada agresivitasnya. Untuk meminimalisir pertarungan, gunakan tempat atau space yang lebih besar atau dapat juga meletakkan tanaman air hidrilla atau dapat juga menggunakan serabut rafia untuk menghindari pertemuan langsung yang berakibat timbulnya pertarungan.
  10. Umur 7 hingga 8 minggu mulai dapat disortir jantan atau betina.
  11. Umur 10 hingga 12 minggu dapat disortir berdasarkan grade A, B, atau C. pisahkan mereka karena masing-masing memiliki nilai jual yang berbeda.
  12. Pilih anakan yang kwalitas baik atau super, dan diletakkan mereka dalam aquarium terpisah (soliter). Gunakan aquarium berukuran minimal 15x15x20 Cm. dan lakukan penggantian air 30% – 50% setiap 3 – 7 hari. Kunci utama dalam perawatan adalah kwalitas air yang baik dan pakan yang baik, karena hal ini berakibat langsung terhadap kesehatan dan pertumbuhan ikan.
di atas merupakan tulisan saya sendiri serta gabungan dari kutipan berbagai sumber tentang cara pemijahan ikan cupang sekaligus cara pembesaran anakan cupang agar tumbuh dengan sehat dan selamat hingga dewasa.

TEKNIK PEMIJAHAN LELE SANGKURIANG


TEKNIK PEMIJAHAN LELE SANGKURIANG
 
2.1. Pematangan Gonad
Pematangan gonad lele sangkuriang dilakukan di kolam tanah. Caranya, siapkan kolam ukuran 50 m2, keringkan selama 2-4 hari dan perbaiki seluruh bagian kolam, isi air setinggi 50-70 cm dan alirkan secara kontinyu, masukkan 300 ekor induk ukuran 0,7-1,0 kg, beri pakan tambahan berupa pellet khusus lele dumbo sebanyak 3% setiap hari.
Catatan: induk jantan dan betina dipelihara terpisah.
2.2. Pematangan di bak
Pematangan gonad juga bisa dilakukan di bak. Caranya, siapkan baktembok ukuran panjang 8m, lebar 4m dan tinggi 1m; keringkan selama 2-4 hari, isi air setinggi 80-100 cm dan alirkan secara kontinyu, masukkan 100 ekor induk, beri pakan tambahan (pellet) sebanyak 3 persen/hari.
Catatan: induk jantan dan betina dipelihara terpisah.
2.3.Seleksi
Seleksi induk lele sangkuriang dilakukan dengan melihat tanda-tanda pada tubuh.
Tanda induk betina yang matang gonad :
- perut gendut dan tubuh agak kusam
- gerakan lamban dan punya dua lubang kelamin
- satu lubang telur satu lubang kencing
- alat kelamin kemerahan dan agak membengkak
Tanda induk jantan yang matang gonad :
- gerakan lincah, tubuh memerah dan bercahaya
- punya satu lubang kelamin yang memanjang, kemerahan, agak membengkak dan berbintik putih.
2.4. Pemijahan dan Pemeliharaan Larva
Pemijahan ikan lele sangkuriang dapat dilakukan dengan tiga carayaitu : pemijahan alami (natural spawning), pemijahan semi alami (induced spawning) dan pemijahan buatan (induced/artificial breeding). Pemijahan alami dilakukan dengan cara memilih induk jantan dan betina yang benar-benar matang gonad kemudian dipijahkan secara alami di bak/wadah pemijahan dengan pemberian kakaban. Pemijahan semi alami dilakukan dengan cara merangsang induk betina dengan penyuntikan hormon perangsang kemudian dipijahkan secara alami. Pemijahan buatan dilakukan dengan cara merangsang induk betina dengan penyuntikkan hormon perangsang kemudian dipijahkan secara buatan.
  1. Pemijahan Alami
- Siapkan bak berukuran panjang 2m, lebr 1m, dan tinggi 0,4 m
- Keringkan selama 2-4 hari
- Isi air setinggi 30 cm dan biarkan mengalir selama pemijahan
- Pasang hapa halus seusai ukuran bak
- Masukkan ijuk secukupnya
- Masukkan 1 ekor induk betina yang sudah matang gonad pada siang atau sore hari
- Masukkan pula 1 ekor induk jantan
- Biarkan memijah
- Esok harinya tangkap kedua induk dan biarkan telur menetas di tempat itu.
Hasil pemijahan alami lele sangkuriang biasanya kurang memuaskan.Jumlah telur yang keluar tidak banyak.
B. Pemijahan Semi Alami
- Perbandingan induk jantan dan betina 1:1 baik jumlah maupun berat
- Penyuntikkan langkahnya sama dengan pemijahan buatan
- Pemijahan langkahnya sama dengan pemijahan alami
C. Pemijahan Buatan
Pemijahan buatan memerlukan keahlian khusus. Dua langkah kerja yang harus dilakukan dalam sistem ini adalah penyuntikkan, pengambilan sperma dan pengeluaran telur.
    1. Penyuntikkan dengan ovaprim
Penyuntikkan adalah kegiatan memasukkan hormon perangsang ke tubuh induk betina. Hormon perangsang yang digunakan adalah ovaprim. Caranya, siapkan induk betina yang sudah matang gonad;sedot 0,3 mil ovaprim untuk setiap kilogram induk; suntikkan ke dalam tubuh induk tersebut; masukkan induk yang sudah disuntik ke dalam bak lain dan biarkan selama 10 jam.
    1. Penyuntikkan dengan hypofisa
Penyuntikkan bisa juga dengan ekstrak kelenjar hypofisa ikan mas atau lele dumbo. Caranya siapkan induk betina yang sudah matang gonad ; siapkan 1,5 kg ikan mas ukuran 0,5 kg; potong ikan mas tersebut secara vertikal tepat di belakang tutup insang; potong bagian kepala secara horizontal tepat dibawah mata; buang bagian otak; ambil kelenjar hypofisa; masukkan ke dalam gelas penggerus dan hancurkan; masukkan 1 cc aquabides dan aduk hingga rata; sedot larutan hypofisa itu; suntikkan ke dalam tubuh induk betina; masukkan induk yang sudah disuntik ke bak lain dan biarkan selama 10 jam.
    1. Pengambilan Sperma
Setengah jam sebelum pengeluaran tleur; sperma harus disiapkan. Caranya:
1. Tangkap induk jantan yang sudah matang kelamin
2. Potong secara vertikal tepat di belakang tutup insang
3. Keluarkan darahnya
4. Gunting kulit perutnya mulai dari anus hingga belakang insang
5. Buang organ lain di dalam perut
6. Ambil kantung sperma
7. Bersihkan kantung sperma dengan tisu hingga kering
8. Hancurkan kantung sperma dangan cara menggunting bagian yang paling banyak
9. Peras spermanya agar keluar dan masukkan ke dalam cangkir yang telah diisi 50 ml (setengah gelas) aquabides
10. Aduk hingga homogen.
2.5. Pengeluaran Telur
Pengeluaran telur dilakukan setelah 10 jam dari peyuntikkan, namun 9 jam sebelumnya diadakan pengecekkan.
Cara pengeluaran telur:
1. Siapkan 3 buah baskom plastik, 1 botol Natrium Chlorida (infus), sebuah bulu ayam, kain lap dan tisu
2. Tangkap induk dengan sekup net
3. Keringkan tubuh induk dengan lap
4. Bungkus induk dengan lap dan biarkan lubang telur terbuka
5. Pegang bagian kepala oleh satu orang dan pegang bagian ekor oleh yang lainnya
6. Pijit bagian perut ke arah lubang telur
7. Tampung telur dalam baskom plastic
8. Campurkan larutan sperma ke dalam telur
9. Aduk hingga rata dengan bulu ayam
10. Tambahkan Natrium Chlorida dan aduk hingga rata
11. Buang cairan itu agar telur-telur bersih dari darah
12. Telus siap ditetaskan.
2.6. Penetasan
Penetasan lele sangkuriang dimasukkan ke dalam bak tembok. Caranya :
1. Siapkan sebuah bak tembok ukuran panjang 2 m, lebar 1 m dan tinggi 0,4 m
2. Keringkan selama 2-4 hari
3. Isi bak tersebut dengan air setinggi 30 cm dan biarkan air mengalir selama penetasan
4. Pasang hapa halus yang ukurannya sama dengan bak
5. Beri pemberat agar hapa tenggelam (misalnya kawat behel yang diberi selang atau apa saja
6. Tebarkan telur hingga merata ke seluruh permukaan hapa
7. Biarkan telur menetas dalam 2-3 hari.
Penetasan telur sebaiknya dilakukan pada air yang mengalir untuk menjamin ketersediaan oksigen terlarut dan penggantian air yang kotor akibat pembusukan telur yang tidak terbuahi. Peningkatan oksigen terlarut dapat pula diupayakan dengan pemberian aerasi.
Telur lele sangkuriang menetas 30-36 jam setelah pembuahan pada suhu 22-25 0C. Larva lele yang baru menetas memiliki cadangan makanan berupa kantung telur (yolksack) yang akan diserap sebagai sumber makanan bagi larva sehingga tidak perlu diberi pakan. Penetasan telur dan penyerapan yolksack akan lebih cepat terjadi pada suhu yang lebih tinggi. Pemeliharaan larva dilakukan dalam hapa penetasan. Pakan dapat mulai diberikan setelah larva berumur 4-5 hari atau ketika larva sudah dapat berenang dan berwarna hitam.
III. MANAJEMEN KESEHATAN DAN LINGKUNGAN
Kegiatan budidaya lele sangkuriang di tingkat pembenih/pembudidaya sering dihadapkan pada permasalahan timbulnya penyakit atau kematian ikan. Pada kegiatan pembenihan, penyakit banyak ditimbulkan oleh adanya serangan organisme pathogen sedangkan pada kegiatan pembesaran, penyakit biasanya terjadi akibat buruknya penanganan kondisi lingkungan.
Kegagalan pada kegiatan pembenihan ikan lele dapat diakibatkan oleh serangan organisme predator (hama) ataupun organisme pathogen (penyakit). Organisme predator yang biasanya menyerang antara lain insekta, ular, atau belut. Serangan lebih banyak terjadi bila pendederan benih dilakukan di kolam tanah dengan menggunakan pupuk kandang. Sedangkan organisme pathogen yang lebih sering menyerang adalah Ichthiopthirius sp, Trichodina sp, Dacttylogyrus sp, dan Aeromonas hydrophyla.
Penanggulangan hama insekta dapat dilakukan dengan pemberian insektisida yang direkomendasikan pada saat pengisian air sebelum benih ditanam. Sedangkan penanggulangan belut dapat dilakukan dengan pembersihan pematang kolam dan pemasangan kolam di sekeliling kolam.
Penanggulangan organisme pathogen dapat dilakukan dengan manajemen lingkungan budidaya yang baik dan pemberian pakan yang teratur dan mencukupi. Bila serangan sudah terjadi,benih harus dipanen untuk diobati. Pengobatan dapat menggunakan obat-obatan yang direkomendasikan.
Manajemen lingkungan dapat dilakukan dengan melakukan persiapan kolam dengan baik. Pada kegiatan budidaya dengan menggunakan kolam dan tanah, persiapan kolam meliputi pengeringan, pembalikan tanah, perapihan pematang, pengapuran, pemupukan, pengairan dan pengkondisian tumbuhnya plankton sebagai sumber pakan. Pada kegiatan budidaya dengan menggunakan bak tembok atau bak plastik, persiapan kolam meliputi pengeringan, disinfeksi (bila diperlukan), pemupukan, pengairan dan pengkondisian tumbuhnya plankton sebagai sumber pakan. Perbaikan kondisi air kolam dapat pula dilakukan dengan penambahan probiotik.
Sumber : http://tipspetani.blogspot.com/2011/03/teknik-pemijahan-lele-sangkuriang.html.

budidaya ikan Guppy


image

Guppy awalnya hidup di rawa air payau. Ikan ini berkembang biak dengan cara beranak sehingga pemijahannya tergolong mudah. Induk jantan mempunyai warna yang cerah, tubuh yang ramping, sirip punggung yang lebih panjang, mempunyai gondopodium (berupa tonjolan memanjang di belakang sirip perut) yang merupakan modifikasi sirip anal berupa
sirip panjang. Untuk indukan betina mempunyai tubuh gemuk, warna yang kurang cerah, sirip punggung kecil, sirip perut berupa sirip yang halus.
Selain warna, bentuk dasar ekor ikan guppy juga bervariasi. Guppy dibagi berdasarkan bentuk ekornya yaitu wide tail (ekor lebar), sword tail (ekor panjang), dan short tail (ekor pendek). Tiap varietas mempunyai 4
macam bentuk ekor. Varietas terbaru yaitu Ribbon/Swallow. Ini merupakan varietas baru dari berbagai persilangan menyebabkan mutasi gen merupakan hasil dari kawin silang dari berbagai jenis ikan ini.
Guppy berkembang biak dengan cara beranak. Anak guppy yang baru lahir sudah langsung dapat berenang dengan baik. Hal ini terjadi karena proses pembuahan guppy secara internal yaitu perkawinan terjadi pada saat organ gondopodium yang terletak pada sirip anal dimasukkan ke dalam organ telur betina.
Guppy jantan yang akan mengejar betina siap kawin. Setiap kali perkawinan dapat dijadikan 3 kali kelahiran. Waktu kelahiran berkisar 3 minggu dan seekor betina dapat menghasilkan 60 ekor burayak.
Dengan memahami proses pembuahan sampai dengan kelahiran ikan guppy maka perlu dipakai suatu metode agar perkawinan guppy dengan mudah dapat diatur dan dikendalikan sesuai dengan keinginan kita. Kelemahan dari pembudidayaan guppy adalah ketidaktelitian terutama yang menggunakan sistem kawin masal. Teknik yang digunakan dalam menghasilkan strain guppy yang unggul dalam dengan menghasilkan F4 atau biasa juga disebut dengan sistem line.
Untuk mencari guppy yang bagus biasanya dapat dicari dengan betina yang mempunyai bentuk ekor yang bagus. Sedangkan untuk jantan biasanya dicari warna yang paling cerah juga dominan. Untuk guppy Ribbon, betina Ribbon sangat dominan, sedangkan untuk jantan tetap jantan normal, sehingga untuk mendapatkan guppy Ribbon jantan yang bagus masih diperlukan
jantan normal. Sehingga untuk guppy ini bisa dijual per trio.
Cara Mengatasi Penyakit
PENYAKIT yang umum menimpa guppy adalah jamur. Perlu dipahami jamur tumbuh dengan cara yang berbeda dari bakteri. Jamur tumbuh dengan spora dan selalu tumbuh dengan kondisi tertentu. Mereka berkembang mempunyai siklus tertentu berupa spora
kemudian berubah menjadi organisme yang disebut miselium.
Jamur ini dapat berkembang biak sangat cepat, berbentuk seperti benang/ulir dan membentuk jaringan-jaringan seperti lapisan yang tipis. Sedangkan bakteri yang biasa menyerang guppy adalah mycobacterium piscium, juga beberapa penyebab lainnya.
Perlu diperhatikan untuk melakukan pengobatan secara efektif harus melakukan diagnosa yang akurat, sehingga dapat mengatasi penyakit yang timbul. Penyakit yang umum menyerang ikan guppy adalah :
a. Saprolegnia.
Ciri-ciri ikan yang terserang adalah bercak-bercak putih pada kulit ikan. Perawatannya teteskan alkohol metapen dalam
tempat sebanyak 2 tetes dalam satu galon air/4 1,12) liter air. Langkah selanjutnya berikan garam dan biarkan beberapa saat.
Berikan hydrogen peroksida untuk membunuh bakteri yang melekat pada jaring ikan selama 15 sampai 30 detik. Atau bisa juga digunakan malachite green atau methyline blue atau acriflavinsebagai disinfektan. Cara perawatan ikan yang terkena infeksi bakteri sebaiknya diberi tambahan ruang sebelum mengobati.
b. Penyakit Bengkak atau Bloat
Ikan tampak gelisah, badan tampak lebih besar karena kembung. Ini disebabkan karena peradangan usus ikan. Isolasi ikan yang terkena, lalu masukkan ke dalam satu galon air yang telah dibubuhi 2 sendok penuh garam Inggris. Biarkan selama 4 atau 6 jam, kemudian tambahkan air selama 12 jam. Setelah sembuh dapat dikembalikan ke tempat asal.
c. Jamur Mulut
Ciri ikan yang terkena jamur mulut mudah dilihat dari warna putih yang terletak di depan mulutnya. Jamur putih tersebut
merupakan koloni sangat besar yang menempel pada mulut ikan, sehingga menutup mulut ikan sampai tidak bisa bernapas dan makan dapat menyebabkan ikan mati. Pengobatan menggunakanaureomycin 25 mg untuk 1 galon air tambahkan 1 tetes obat merah dan metopen 2 tetes.
d. Penyakit Insang
Ciri ikan yang terkena peradangan insang biasanya disebabkan oleh organisme virus. Ciri pada penyakit ini insang membuka, malas makan dan selalu di atas permukaan air. Penyakit ini disebabkan oleh beberapa bakteri dan jamur dan paling sulit untuk diatasi.
Ciri ikan ini jika mati insangnya tampak memerah dan membusuk lebih cepat dari badannya. Beberapa cara yang sudah berhasil dilakukan adalah dengan memberikan metapen mercurochrome direndam beberapa saat secara bersamaan kemudian lakukan perawatan dengan menggunakan air garam dan memberikan tempat yang lebih besar dan luas.
e. Penyakit Kembung
Ciri-ciri ikan yang terkena peradangan perut antara lain ikan tampak sulit berenang ke dasar. Cara mengatasinya berikan 1 sendok teh garam Inggris tiap 1/2 liter air, dan rendam ikan selama 3 sampai 4 jam, kemudian pindahkan ikan ke dalam tempat yang ketinggian airnya 3 kali tinggi badan ikan. Masih ada beberapa penyakit yang sudah umum diketahui, misalnya kutu atau jarum.

koi





Ikan Koi termasuk ke dalam golongan ikan carp (karper). Harga Koi sangat ditentukan berdasarkan bentuk badan dan kualitas tampilan warna. Ikan koi pertama kali dikenal pada dinasti Chin tahun 265 dan 316 Masehi. Koi dengan keindahan warna dan tingkah laku seperti yang kita ketahui saat ini, mulai dikembangkan di Jepang 200 tahun yang lalu di pegunungan Niigata oleh petani Yamakoshi.

Taksonomi koi adalah sebagai berikut:
Philum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Cyprinoformes
Famili : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Spesies: Carpio

Nilai koi tergantung dari ukuran, bentuk serta keseimbangan pola dan intensitas warna kulit. Koi terbaik adalah yang memiliki intensitas, keseimbangan dan kejernihan warna terbaik. Membeli koi kecil sebaiknya dipilih yang memiliki kepala terbesar, biasanya akan tumbuh menjadi ikan dengan tubuh besar. Bentuk yang paling baik adalah seperti “torpedo”. 

Jenis-Jenis Ikan Koi
Secara umum koi di bedakan menjadi 3:
1.      KOI PERAK/SILVER
2.      KOI GADING
3.      KOI WARNA
Lebih spesifik koi macamnya banyak sekali, karena dari hasil kawin silang, menghasilkan varietas baru, sedang jenis koi yang umum dijumpai meliputi :

Tancho
Tancho adalah sebutan untuk koi yang pada sekujur badannya tak terdapat warna merah, tetapi pada kepalanya terdapat warna merah. Pada katagori varietas sudah banyak disebutkan macamnya seperti Tancho-Kohaku, Tancho-Sanke, dan Tancho-Showa.
Kinginrin
Yang dimaksud dengan Kinginrin tidak lain adalah koi yang mempunyai tanda-tanda perak di badannya. Beta-gin untuk sebutan koi yang hanya sebagian besar badannya diselimuti warna perak ini, sedangkan yang keseluruhan. badannya berwarna perak dinamakan Tama-gin atau Platinum Ginrin.
Kinginrin-Kohaku adalah Kohaku yang ada unsur warna peraknya. Jika perak ini terdapat pada warna putihnya dinamakan Ginrin, sedang yang tampak pada warna merah dinamakan Kinrin. Umumnya warna perak ini tampak pada punggung-nya.
Kinginrin-Sanke adalah Sanke yang ada peraknya. Dulu warna perak yang tampak ini tidak di-| sukai, karena akan menyebabkan warna merah dan hitam menjadi pudar. Kini Ginrin-Sanke dengan warna merah dan hitam yang cerah malahan diter-nakkan. Kinginrin-Showa adalah Showa yang mem-punyai unsur warna perak, sedangkan Kinginrin-Bekko adalah Bekko yang mempunyai unsur warna I perak.
Hikarimono-Kinginrin adalah Hikarimono yang mempunyai unsur warna perak yang relatif masih baru. Platinum-Ogon dan Yamabuki-Ogon yang ada unsur peraknya merupakan ikan yang benar-benar menawan.


Hikarimoyo-mono
Hikarimoyo-monp adalah keturunan dari perkawinan Ogon dengan koi lain (kecuali Utsuri), termasuk juga Hariwake. Yang masuk dalam daftar Hikarimoyo-mono adalah Hariwake, Yamabuki-Hariwake, Orange-Hariwake, Hariwake-Matsuba, Hariwake-Doitsu, Kikusui, dan Iain-lain.
Hariwake adalah koi yang mempunyai pola emas dan perak, dengan kepala jernih. Yamabuki-Hariwake adalah koi yang mempunyai pola emas murni dan platinum. Orange-Hariwake mempunyai warna emas-oranye dan platinum, sedangkan yang polanya seperti jarum cemara dinamakan Hariwake-Matsuba, dan yang keturunan koi jerman disebut Hariwake-Doitsu. Kikusui adalah sebutan untuk Yamabuki-Hariwake-Doitsu yang badannya seperti platinum dan mempunyai hiasan cantik pada sisi badannya. Hyakunenzakura adalah sebutan untuk Kikusui yang mempunyai hiasan berkilauan pada punggungnya.
Platinum-Kohaku (Kin-Fuji) adalah keturunan Kohaku dan Ogon. Koi ini mempunyai punggung yang putih berkilauan seperti platinum. Yamatoni-shiki diberikan untuk menyebut Hikarimono dari Taisho-Sanke yang berhasil dikembangkan oleh Seikichi Hoshino pada tahun 1965. Koi ini mempunyai badan yang mirip gumpalan platinum yang tampak indah sepanjang hari.
Hikarimono dari Shusui dinamakan Kinsui yang mempunyai warna merah, tetapi Jika tidak ada merahnya bernama Ginsui. Sho-Chiku-Bai adalah sebutan untuk keturunan Ogon dengan Ai-goromo yang mempunyai pola berbentuk kerucut berwarna biru. Kujaku-Ogon adalah koi yang berhasil diter-nakkan oleh Toshio Hirasawa pada tahun 1960, yang merupakan keturunan dari Goshiki dan Ogon. Yang masih keluarga koi jerman dinamakan Kujaku-Doitsu. Yang terakhir adalah Tora-Ogon yang merupakan keturunan dari Ki-Bekko. Koi emas dengan tanda-tanda hitam pada punggungnya disebut Tora-Ogon.

Ogon
Ogon adalah koi yang mempunyai badan berwarna emas (golden). Ogon merupakan koi yang di-temukan oleh Sawati dan anak laki-lakinya pada tahun 1946. Pada awalnya, mereka menemukan koiyang garis punggungnya berwarna kuning, yang kemudian dipakainya sebagai induk. la memilih koi yang terbaik, dan setelah empat atau lima generasi kemudian, didapatnyalah koi berkepala emas, dan “berkepala perak, serta koi berwarna kuning. Dengan rnengawinkannya bersama betina Shiro-Fuji, akhir-nya koi bersisik emas dihasilkannya.
Ciri-ciri Ogon adalah sebagai berikut:
- Kepalanya selalu berwarna keemasan cerah.
- Sisiknya dihiasi dengan warna keemasan. Koi yang mempunyai sisik lebar pada daerah perut-nya, termasuk jenis yang dicari.
- Sirip dadanya hams berkilauan.
- Bentuknya bagus.
- Warna koi yang bagus tidak berubah menjadi gelap, meskipun suhunya naik.
Nezu-Ogon adalah panggilan untuk koi yang berwarna perak, sedangkan Platinum-Ogon adalah sebutan untuk koi hasil ternakan Tadao Yoshioka (1963) yang merupakan peranakan dari Kigof dan Nezu-Ogon. Sesuai namanya, koi ini mempunyai badan yang berkilauan seperti platinum.
Yamabuki-Ogon adalah sebutan untuk koi yang mempunyai badan berkilauan seperti emas murni. Koi ini merupakan hasil perkawinan Kigoi dan Ogon yang dilakukan Masaoka pada tahun 1957. Orange-Ogon adalah Orange-Hikarimono yang muncul per-tama kali pada tahun 1956.
Koi yang mempunyai kepala yang jernih dan sisiknya berkilauan dan warnanya merah disebut Hi-Ogon. Perkawinan antara Matsuba dengan Ogon menghasilkan Kin-Matsuba. Kin-Matsuba mempunyai sisik timbul yang sangat terang. Kin-Matsuba yang mempunyai sisik seperti platinum dinamakan Gin-Matsuba. Platinum-Doitsu adalah koi Jerman yang mempunyai sisik berkilauan seperti platinum, sedangkan Orange-Doitsu mempunyai badan ber-warna oranye. Mizuhi-Ogon adalah Orange-Ogon yang mempunyai sisik hitam berkilauan pada bagi-an punggungnya.

Kawarimono
Yang termasuk dalam daftar Kawarimono ada-lah Karasugoi (Dark Koi), Kigoi (Yellow Koi), Chagoi (Brown Koi), Midorigoi (Green Koi), dan Matsuba.
Karasugoi mempunyai badan yang lebih gelap dibandingkan Magoi (koi hitam). Kigoi adalah koi yang mempunyai badan berwarna kuning. Beberapa Kigoi mempunyai mata berwarna merah. Chagoi adalah koi yang berwarna cokelat. Khusus koi yang masih keluarga karper Jerman, tumbuhnya lebih cepat, dan umumnya berukuran besar.
Matsubagoi adalah koi yang seluruh sisiknya berwarna cerah. Matsuba yang berwarna merah gelap disebut Aka-Matsuba. Ki-Matsuba untuk yang kuning, dan yang putih disebut Shiro-Matsuba. Kin-Matsuba dan Gin Matsuba merupakan sebutan untuk keturunan Matsuba dan Ogon.
Midorigoi adalah nama yang diberikan untuk koi Jerman yang mempunyai sisik berwarna hijau kekuningan. Ikan ini hasil ternakan Tadao Yoshioka yang mengawinkan jantan Shusui dan Yamabuki-Ogon. Itu terjadi pada tahun 1965.

Koromo
Koromo diberikan bagi keturunan Asagi dengan Kohaku atau peranakan dari Asagi dengan salah satu Sanshoku. Macam-macam Koromo adalah Ai-goromo (Blue-Koromo), Sumi-Goromo (Dark-Koro-mo), Budo-Sanshoku, Koromo-Sanke, Koromo-Showa (Ai-Showa).
Ai-goromo adalah peranakan Asagi dengan Kohaku. Sisiknya yang berwarna merah mempunyai lingkaran tepi biru yang membuatnya tampak cantik.
Sumi-goromo adalah koi yang warna hitamnya seperti yang tampak pada bercak hitam Kohaku. Pada kepalanya juga terdapat warna hitam ini. Koi yang mempunyai sisik ungu berbentuk seperti dom-polan buah anggur diberi nama Budo-Sanshoku. Koi ini benar-benar indah. Koromo-Sanke merupakan peranakan dari perkawinan Ai-goromo dan Taisho-Sanke. Tanda biru keluar pada bercak merah pada Taisho-Sanke. Koromo-Showa (Ai-Showa) adalah peranakan dari Ai-goromo dan Showa-Sanshoku. Tanda biru keluar dari bercak merah pada Showa-Sanshoku.

Shusui
Tahun 1910 Yoshigori Akiyama mengawinkan Asagi-Sanke dengan karper kaca dari Jerman, dan menghasilkan Shusui. Shusui adalah koi yang sisik-nya besar-besar dan kulitnya lembut. Punggungnya berwarna biru gelap dan sangat cantik. Ujung hi-dung, pipi, perut, dan lipatan siripnya berwarna merah terbakar.
Hana-Shusui adalah Shusui yang mempunyai tanda merah pada kulitnya yang biru di antara garis sisik di punggung dan perut. Hi-Shusui adalah Shusui yang warna merahnya cukup luas hingga menutup daerah punggung. Shusui yang berwarna kuning dengan daerah punggung berwarna hijau gelap hingga ungu diberi nama Ki-Shusui. Jika punggungnya mendekati kehitaman dan tidak ada- unsur warna hijau atau ungu, maka koi tersebut bernama Ki-Matsuba-Doitsu. Pearl Shusui diberikan untuk Shusui yang mempunyai sisik punggung yang berwarna keperakan.


Asagi
Asagi adalah koi yang mempunyai badan berwarna biru atau biru cerah dengan pipi, perut, dan lipatan sirip berwarna merah. Sisik-sisiknya berwarna biru cerah dan membentuk susunan yang tidak bercacat.
Walaupun Asagi cenderung mempunyai kepala yang ada nodanya, tapi sebenarnya yang bersih tak bernoda lebih disukai. Beberapa Asagi tidak punya warna merah pada perutnya. Warna merah ini konon akan menjalar ke punggung dan menutupi warna biru sejalan dengan umur Asagi.
Asagi dengan bintik merah di kepalanya dina-makan Asagi-Menkaburi (Mask Covered). Lipatan sirip dada yang berwarna merah disebut sirip Shusui. Warna merahnya tidak akan tampak pada punggung. Kajo-Asagi (Dark blue Shusui) adalah Asagi yang warna badannya segelap warna badan koi hi-tam. Narumi-Asagi adalah yang mempunyai pola Narumi, yang menjadi ciri khas dari Asagi. Mizu-Asagi adalah koi yang mempunyai warna paling cerah di antara Asagi. Asagi-Sanke adalah koi yang mempunyai warna punggung biru pucat. Kepala dan bagian atas perutnya terdapat tanda merah, dan bagian bawah perutnya putih susu. Inilah Asagi yang benar-benar cantik.

Bekko
Bekko masih keluarga Taisho-Sanke. Warna dasarnya merupakan perpaduan putih, merah, dan kuning. Sementara itu -warna hitam menjadi peng-hias di antara warna-warna tersebut. Macam-macam Bekko yang ada misalnya Shiro-Bekko, Aka-Bekko, Ki-Bekko, dan Bekko-Doitsu.
Shiro Bekko adalah Taisho-Sanke yang tidak punya warna merah. Garis hitam menghiasi kulitnya yang putih. Koi ini disebut bagus Jika pada kepala-nya tidak terdapat warna hitam. Seandainya ada, warna hitam tersebut Jangan sampai merusak keseimbangan warna secara keseluruhan. Warna hitam yang lebar pada punggungnya sangat diharap-kan, sedang warna putih pada kepalanya tidak boleh kecokelatan. Pada sirip dada terdapat garis-garis yang cantik, tapi ada beberapa koi yang tidak mem-punyainya.
Aka-Bekko adalah koi yang mempunyai tanda hitam pada permukaan tubuhnya yang merah. Per-bedaannya yang mencolok dibandingkan dengan Aka-Sanke adalah Aka-Bekko tidak memiliki bagian yang berwarna putih asli, sedangkan Aka-Sanke mempunyainya. Aka-Sanke (Red tricolor) boleh di-katakan sebagai Bekko yang mempunyai warna merah, hitam, dan putih (yang biasanya terdapat pada perutnya). Aka-Bekko yang memiliki warna merah pekat sangat diharapkan, tapi umumnya sangat jarang.
Ki-Bekko adalah koi kuning yang mempunyai tanda hitam, sedangkan Bekko-Doitsu adalah Bekko dari koi asal Jerman.

Utsurimono
Yang termasuk ke dalam Utsurimono adalah Shiro-Utsuri, Ki-Utsuri, dan Hi-Utsuri. Masing-ma-sing jenis ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
Shiro-Utsuri adalah koi yang mempunyai warna putih berbentuk kerucut pada badannya yang hitam. Pada lipatan sirip dadanya terdapat warna hitam. Shiro-Utsuri sering disebut juga sebagai Shiro-Utsushi. Shiro-Utsuri untuk pertama kalinya dihasilkan oleh Kazuo Minemura dari Mushigame di perkampungan Yamakoshi. Warna putih pada Shiro-Utsuri harus seperti salju, sedang warna hitamnya sebagai pendukung utama seperti halnya pada Showa-Sanke (Showa-Sanshoku).
Ki-Utsuri adalah koi yang mempunyai bentuk kerucut berwarna kuning pada badannya yang hitam. Ki-Utsuri muncul pada awal sejarah koi. Ki-Utsuri sudah ditemukan sejak awal jaman Meiji. Hanya saja waktu itu namanya Kuro-Ki-Han (ber-tanda hitam dari kuning). Barulah pada tahun 1920 Eizaburo Hoshino memberinya nama Ki-Utsuri. Warna hitamnya harus pekat dan bentuk kerucutnya berwarna kuning dengan pangkal sirip dadanya bergaris-garis.
Hi-Utsuri adalah koi yang warna kuningnya me-nyerupai warna merah. Warna hitamnya sangat kon-tras dengan warna merah. Koi ini umumnya sangat memikat banyak orang, karena warnanya mampu menyaingi Kohaku, Showa-Sanke, ataupun Taisho-Sanke. Badan Hi-Utsuri yang bagus tidak boleh ber-noda. Pada sirip dadanya terdapat garis-garis. Jenis-nya adalah Utsuri-Doitsu yaitu Utsurimono yang merupakan keluarga koi Jerman, Kage-Utsuri, Ginshiro, dan Ogon-Utsuri.

Showa-Sanke
Showa-Sanke atau Showa-Sanshoku adalah koi yang berwarna hitam dengan hiasan warna putih dan merah di badannya. Sepintas koi ini mirip dengan Taisho-Sanke. Bedanya terletak pada warna dasarnya. Taisho berdasar putih, sedangkan Showa berdasar hitam.
Pada tahun 1927, Jukichi Hoshino mengawin-kan seekor Ki-Utsuri dengan Kohaku dan menghasil-kan Showa-Sanke. Awalnya warna merah yang menghiasi tubuhnya masih bercampur dengan cokelat-kekuningan. Selanjutnya, Tomiji Kobayashi berhasil mengawinkan Yagozaemon-Kohaku dan menghasilkan Showa-Sanke dengan warna merah yang murni. Jenis ini kemudian menjadi yang ter-baik.
Warna merah di daerah kepala hams cukup be-sar, merata dan pekat. Tepinya hams tegas (jelas). Putih hams seperti salju, dan banyaknya sekitar 20% dari seluruh permukaan tubuhnya, terutama pada kepala, punggung, dan ekor. Pola warna hitam hams menyerupai bentuk petir atau gunung. Sirip dada hams berwarna hitam tanpa noda merah.
Boke-Showa adalah Showa-Sanke yang mempu-nyai sisik yang kabur dan terang, tidak cerah seperti sisik umumnya. Hi-Showa adalah Showa yang warna merahnya lebih menonjol menyelimuti punggung-nya dengan hanya sedikit warna putih. Sebaliknya Jika warna putih lebih menonjol maka namanya ada-lah Kindai-Showa (Modern Showa). Nama Kin Showa diberikan bagi Showa yang mempunyai warna mengkilat, yaitu yang merupakan cross breeding antara Showa-Sanke dengan Ogon (gold). Tancho-Showa merupakan predikat bagi Showa yang tidak mempunyai warna merah pada sekujur badannya dan hanya sedikit terdapat pada kepalanya. Showa-Sanke yang merupakan karper kaca Jerman men-dapat julukan Doitsu-Showa.
Showa-Sanke seringkali mirip dengan Taisho-Sanke. Untuk membedakannya dibutuhkan keteliti-an. Ada beberapa pegangan untuk membedakannya, yaitu :
- Showa-Sanke mempunyai bintik hitam (sumi) di kepalanya, sedangkan Taisho-Sanke tidak.
- Warna hitam (sumi) pada Taisho-Sanke hanya memenuhi punggungnya, sedangkan pada Showa-Sanke warna hitam ini terdapat hingga perutnya.
- Sirip dada Taisho-Sanke berwarna putih atau bergaris-garis, tetapi pada Showa-Sanke warna hitam terdapat pada lipatannya. Bagi yang benar-benar profesional, bintik hitam ini pasti-lah akan menjadi perhatian dan kalau perlu di-tanyakan kepada pedagang, karena dari bintik inilah dua ekor koi benar-benar menjadi ber-beda kualitasnya.

Taisho Sanke
Taisho-Sanke adalah koi yang badannya berwarna putih dan-dihiasi dengan warna merah dan hitam. Pola dasarnya merah pada bagian kepalanya, dan garis lebar hitam pada bagian dadanya. Taisho-Sanke termasuk varietas yang terkenal, seperti hal-nya Kohaku.
Tidak jelas sejak kapan koi dengan tiga warna ini muncul. Namun sejak pertengahan jaman Meiji, koi dengan tiga warna sudah ditemukan. Pada awal-nya, yang ada baru koi dengan tiga warna yang se-cara penuh menghiasi sekujur badan koi. Atas jasa Eizaburo Hoshino dari Takezawa, kini telah dapat menikmati koi yang berbadan putih dengan hiasan warna hitam dan merah pada sekujur badannya.
Seperti Kohaku, putihnya Taisho-Sanke harus seputih salju. Warna merah harus seragam dan pekat. Yang bertepi terang lebih penting. Taisho-Sanke di-sebut bagus Jika di kepalanya tidak terdapat warna hitam. Koi yang punggungnya terdapat warna hitam lebar akan lebih bagus dan tampak sangat indah. Tsubo-Sumi adalah koi yang mempunyai badan putih dengan bercak hitam, sedangkan Kasane-Sumi adalah koi yang pada warna hitamnya terdapat di atas bercak merah. Yang paling ideal adalah sirip yang juga mempunyai tiga pola warna.
Aka-Sanke adalah Taisho-Sanke yang warna merahnya membentang dari kepala hingga ekor. Koi ini memang sangat mengesankan, tetapi kurang ang-gun. Doitsu-Sanke adalah Taisho-Sanke yang masih merupakan keluarga karper kaca dari Jerman. Aka-Sanke dari karper kaca ini dikenal dengan Doitsu-Aka-Sanke. Fuji-Sanke adalah Taisho-Sanke yang mempunyai gumpalan perak pada kepalanya. Tancho-Sanke adalah koi yang mempunyai warna merah yang lebar pada kepalanya, tapi pada badan-nya tak terdapat warna merah.

Kohaku
Kohaku adalah varietas koi yang mempunyai badan putih dengan bercak merah pada badannya. Kohaku boleh dikatakan paling populer di antara varietas koi. Ini bisa dimaklumi sebab corak warna-nya langsung mengingatkan orang pada bendera ke-bangsaan Jepang. Dan tidaklah berlebihan bila Kohaku dianggap sebagai koi yang “pertama dan terakhir”, karena umumnya pertama kali orang akan memilih  Kohaku,  lalu berpindah-pindah varietas,lantas pada akhirnya kembali lagi pada Kohaku.
Untuk mencapai coraknya yang sekarang, di-butuhkan waktu yang lama untuk menghasilkan Kohaku. Dari seekor koi berwarna hitam lahirlah koi berpipi merah lewat suatu mutasi, yang lantas ngetop dengan nama “Hookazuki”. Pada tahun 1800, dari “Hookazuki” ini lahirlah seekor koi berwarna putih. Koi berwarna putih ini lantas dikawin-kan dengan Higoi, lahirlah Haraka, yaitu koi putih dengan bercak-bercak merah. Haraka sendiri ber-arti berperut merah (Red belly). Kemudian ber-turut-turut lahirlah Hoo-Aka (berpipi merah), Era-Hi (berinsang merah). Sejak 1830 muncullah koi dengan sebagian kepala berwarna merah (Zukin-kaburi), koi berbibir merah (Kuchibeni), dan Sarasa yang mempunyai punggung berwarna merah dan putih. Pendek kata pada jaman Meiji, Kohaku sudah dikenal luas dan mulai dikembangkan secara khusus.
Warna putih pada Kohaku menjadi pusat perhatian untuk menentukan kualitas Kohaku. Warna putihnya harus bersih seperti warna salju, tidak boleh putih kekuningan, atau putih kecokelatan. Sedangkan untuk warna merah, yang dikehendaki adalah merah pekat tetapi cerah (terang). Warna merah ini ada dua, yaitu yang dasarnya ungu dan cokelat kekuningan. Yang pertama lebih pekat dan tidak mudah luntur, tetapi tidak halus. Sedangkan yang terakhir lebih halus dan tidak mudah luntur, tetapi sulit didapatkan.
Banyak ragam Kohaku. Jenis-jenisnya di antara-nya dibedakan berdasarkan banyaknya bercak merah pada punggungnya. Ada yang dua, tiga atau empat, tetapi ada juga yang hanya satu. Inazuma-Kohaku mempunyai warna merah menyerupai ben-tuk kilat di punggungnya. Gotenzakura adalah Kohaku yang mempunyai bercak merah yang seim-bang pada sisi kiri dan kanan punggungnya. Doitsu-Kohaku Napoleon adalah Kohaku Jerman yang mempunyai warna merah seperti topi Napoleon. Fuji Kohaku adalah Kohaku yang mempunyai gum-palan berwarna perak pada kepalanya. Mereka tam-pak sangat cantik. Namun kecantikannya akan hi-lang ketika umurnya dua tahun. Shiromuji adalah koi yang mempunyai badan berwarna putih biasa,sedangkan keseluruhan badan Akamuji berwarna merah biasa. Akumuji sering disebut sebagai Higoi. Higoi yang warnanya gelap disebut sebagai Benigoi atau Hiaka. Higoi dengan sirip putih akrab dipanggil sebagai Aka-Hajiro. Tancho-Kohaku adalah koi yang keseluruhan badannya berwarna putih dengan bercak merah pada bagian kepalanya.

Ada beberapa faktor yang sangat penting yang perlu diperhatikan sebelum kita menekuni usaha ini, yaitu:
.1. Penentuan Lokasi Kolam Harus Memperhitungkan Dan Mempertimbangkan Hal-Hal Sbb:
  •  Harus ditinjau dari gangguan alam seperti banjir
  •  Harus ditinjau dari gangguan pencemaran. Misalnya kualitas air
  • Harus ditinjau dari gangguan predator,misalnya ular,burung pemangsa ikan,kucing dll
  • Harus ditinjau dari gangguan keamanan seperti gangguan dari tangan jahil
  • Harus ditinjau dari segi transportasi, mudah atau tidaknya kendaraan mendekati lokasi kolam
  • Harus ditinjau dari segipembuangan limbah/kotoran ikan ,air pengurasan
·         Lokasi kolam harus setrategis,maksudnya jangan terlalu banyak pohon atau apapun yang menghalangi cahaya matahariyang mengarah ke kolam,sebab kalau terlalu rindang maka resiko ikan terserang penyakit akan semakin besar. 
2.Konstruksi Kolam.
Mengingat biaya pembuatan kolam memakan biaya yang cukup besar maka yang perlu adalah:

  •          Letak   pintu masuk air
  •          Letak pintu keluar air
  •         Letak kubangan /karasan  yang berfungsi untuk memudahkan penangkapan ikan pada saat pemanenan maupun pada saat pemindahan ikan
  •     Konstruksi kolam menahan beban kesamping
  •     Kemiringan dasar atau lantai kolam


TEKNIK PEMIJAHAN IKAN KOI
       I.            PersiapanKolam
Untuk kolam baru tidak ada hal-hal special yang perlu diperhatikan,tetapi untuk kolam yang telah terpakai berkali-kali untuk memelihara ikan, berikut hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum dilakukan kegiatan pemijahan;
o   Kolam harus dibersihkan dari segala kotoran, kalau perlu semprotlah dinding kolam dengan cairan formalin yang dicampur dengan air. Sebaiknya kegiatan ini dilakukan pada pagi hari.
o   Isi kolam dengan ketinggian air 20cm sd 30cm

    II.            Air
·         Air yang digunakan dalam proses pembenihan haruslah air yang kualitasnya bagus, yang sesuai dengan selera ikan. Biasanya air yang digunakan adalah air dari sumber/air pengeboran. Isi  air  dengan kedalaman  antara  30  cm  (minimum)  s/d  60  cm  (maksimum).

·         Siapkan  air,  beri  aerasi  dan  atau  semburan  dengan  pompa  air  dan  diamkan minimal 3 hari  tiga malam  (3 X 24  jam), akan  lebih bagus bila  tumbuh  lumut di dinding kolam.  Siapkan  ijuk  yang  telah  digapit  bambu  dan  letakan  melayang dalam air. 

 III.            .Penyediaan Media Penempel Telur
Ada beberapa media yang bias digunakan untuk menempelkan telur, antara lain:
a.       Ganggang
b.      Enceng gondok
c.       Kelambu
d.      Ijuk yang digapit dengan bamboo

  IV.            Persiapan Pemilihan dan Karantina Induk
·         Umur minimal 7-8 bulan dan ukuran minimal 35 cm.  
·          Induk  jantan  bila  dilihat  dengan  mata  akan  terlihat  relatif  lebih  panjang  dan perutnya tidak buncit. Sirip depan kasar dan lebih lincah. 
·          Induk betina bila dilihat dengan mata akan  terlihat pendek dan buncit perutnya, gerakan  lamban  dan  sirip  depan  halus.  Perut  induk  betina  bagian  bawah  bila dipegang cenderung lunak / empuk itu pertanda induk tersebut siap bertelur. 
·         Siapkan 1 ekor  induk betina dan 3  - 5 ekor  induk  jantan dengan perbandingan berat 1 : 3.
·         Induk jantan dan betina dipisah / dikarantina (tanpa dicampur dengan ikan lain). 
·         Induk  jantan  tidak  perlu  diberi makan  selama  karantina,  sedang  induk  betina diberi makan seperti biasa. 
1.      Pemijahan/Pencampuran Induk Jantan & Betina
  Setelah dikarantina selama 3 hari 3 malam (3 X 24  jam) maka induk  jantan dan induk betina dicampur dalam kolam pemijahan yang telah disiapkan.  Pencampuran induk tersebut biasanya dilakukan antara jam 16.00 s/d 18.00 sore hari.
  Kolam  pemijahan  ditutup  dengan  jala  agar  ikan  tidak  lompat  keluar  kolam  dan dibiarkan sampai besok paginya.   
      
2.      Pengangkatan Induk dari Kolam
Sekitar jam 05.00 pagi hari, periksa ijuknya. Bila ada telurnya, segera angkat induk jantan dan betinanya.  Bila  belum  ada  telurnya,  biasanya  dikarenakan  induk  betinanya  belum siap dipijah.  Lakukan ulang / diulang prosedur: Persiapan, Pemilihan & Karantina Induk. 
  
3.      Pemeliharaan dan Penetasan Telur  
·         Setelah induk jantan dan betina diangkat, biarkan saja kolam pemijahan tersebut selama 3 hari 3 malam. Selelah 3 hari 3 malam,  telur akan dinyatakan menetas semua. Setelah menetas, jangan diberi makan selama 4 hari 4 malam.

·         Air jangan diganti, tetapi ditambah. Lakukan penambahan air bila air surut, tidak perlu diberi semburan air / aerasi. 
  Pemberian pakan
  Pemberian  pakan  dilakukan  setelah  induk  diangkat  ditambah  7  hari  7 malam, atau setelah 4 hari 4 malam telur dinyatakan menetas semua. 
  Pakan yang diberikan adalah cacing sutra. Sering dan tidak berlebihan. Pemberian pakan  idealnya 5  kali  sehari  (jam 05.00,  jam 09.00,  jam 13.00,  jam 17.00 dam jam 21.00).
 
4.      Pemeliharaan Burayak
Ø  Kedalaman kolam minimal 30 cm dan maksimal 60 cm.  Air jangan diganti, tetapi ditambah. Lakukan penambahan air baru  setiap hari 10%  s/d 30% dari volume yang ada dan tambahkan air baru bila air surut, tidak perlu diberi semburan air / aerasi. 
Ø  Pemberian pakan harus sering dilakukan, bila perlu siang & malam. Bila habis di beri lagi (tapi jangan berlebihan).  Pakan yang diberikan adalah cacing darah dan ingat, jangan berlebihan.
   
5.      Seleksi Umur (umur 45 hari)
  Setelah  selama  45  hari  burayak  ikan  dibari  pakan  cacing,  dapat  diseleksi  dan dapat dipindahkan.  Bila  perlu  sistem  air  bisa menggunakan  filter,  diberi  aerasi dan semburan air. 
  Pemberian  pakan  dapat  diberikan  pakan  koi  yang mengandung  protein  tinggi. 
Pada umur 45 hari seleksinya adalah seleksi ukuran. Disini masuk 2 ukuran : 
a.  yang besar / bongsor dicampur yang besar / bongsor
b.  yang kecil dicampur dengan yang kecil. 
  Yang besar bisa masuk Seleksi Warna (setelah 45 hari lagi). Sedang yang kecil mengulang masuk Seleksi Ukuran selanjutnya setelah 45 hari lagi atau dibuang. 
    
6.      Seleksi Warna, umur 90 hari 
Hasil Seleksi Ukuran, pada umur 90 hari mulai dapat dimasukan ke tahap Seleksi Warna. 
Disini terbagi menjadi 2 kelas : 
  Warna  pekat  menjadi  pilihan  seleksi  yang  nantinya  setelah  45  hari  lagi akan masuk ke Seleksi Pola
  Sedangkan warna tidak pekat menjadi kelas Kropyok.  Biasanya kelas Kropyok ini yang dibuang / dikonsumsi oleh para petani ikan koi

7.      Seleksi Pola, umur 120 hari 
Hasil dari Seleksi Warna, dapat dilakukan Seleksi Pola pada umur 120 hari. 
Disini masuk 3 kategori kelas : 
Ø  Pola bagus masuk kelas Super Kualitas Show. 
Ø  Pola kurang bagus, ada cacat pola masuk klas Super. 
Ø  Pola tidak bagus masuk kelas Super Pasar. 

Referensi: dari berbagai sumber