BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberhasilan
suatu spesies ikan ditentukan oleh kemampuan ikan tersebut untuk bereproduksi
dalam kondisi lingkungan yang berubah-ubah dan kemampuan untuk mempertahankan
populasinya. Fungsi reproduksi pada ikan pada dasarnya merupakan bagian dari
sistem reproduksi yang terdiri dari komponen kelenjar kelamin atau gonad, dimana
pada ikan betina disebut ovarium sedang pada jantan disebut testis beserta salurannya.
Sementara beberapa kelenjar endokrin mempunyai peranan dalam mengatur sistem
reproduksi (Hoar & Randall, 1983).
Ikan adalah anggota
vertebrata poikilotermik (berdarah dingin) yang
hidup di air dan bernapas dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling beraneka ragam
dengan jumlah spesies lebih dari 27,000 di seluruh dunia. Untuk meneruskan keturunan
tentu saja ikan perlu bereproduksi.
Ovary pada ikan terdiri dari banyak telur. Setiap jenis
ikan memiliki ukuran telur sendiri, ada yang besar dan ada yang kecil. Ukuran
telur akan menentukan jumlah telur yang dimiliki oleh seekor induk. Ikan yang
memiliki ukuran telur besar contohnya ikan Nila dan Arwana, akan memiliki
jumlah telur yang lebih sedikit disbanding dengan ikan yang ukuran telurnya
kecil seperti ikan Cupang dan Mas. Hal ini disebabkan oleh kapasitas yang
dimiliki si induk untuk menampung telur. Ukuran telur ikan banyak ditentukan
oleh ukuran kuning telurnya. Makin besar kuning telur makin besar pula peluang
embrio untuk bertahan hidup.
Testis adalah organ
reproduksi jantan yang terdapat berpasangan dan terletak di bawah tulang
belakang. Testis ikan berbentuk seperti kantong dengan lipatan-lipatan, serta
dilapisi dengan suatu lapisan sel spermatogenik (spermatosit).
Sepasang testis pada jantan tersebut akan mulai membesar pada saat terjadi
perkawinan, dan sperma jantan bergerak melalui vas deferens
menuju celah/ lubang urogenital. Testis berjumlah sepasang, digantungkan pada
dinding tengah rongga abdomen oleh mesorsium. Bentuknya oval dengan permukaan
yang kasar. Kebanyakan testisnya panjang dan seringkali berlobus.
Saluran
reproduksi, pada Elasmoranchi beberapa tubulus mesonefrus
bagian anterior akan menjadi duktus aferen dan menghubungkan
testis dengan mesonefrus, yang disebut dutus deferen.
Bahian posterior duktus aferen berdilatasi membentuk vesikula
seminalis, lalu dari sini akan terbentuk kantung sperma. Dutus
deferen akan bermuara di kloaka. Pada Teleostei saluran dari
sistem ekskresi dan sistem reproduksi menuju kloaka secara terpisah
Tujuan
Adapun tujuan
penulisan makalah ini adalah :
1.
Menjelaskan
perbedaan anatomi organ reproduksi jantan dan betina pada ikan
2.
Menjelaskan
seksualitas pada ikan
3.
Menjelaskan
strategi reproduksi pada ikan
BAB II
PEMBAHASAN
A. OVARIUM
Pada
kelompok Teleost terdapat sepasang ovarium yang memanjang dan kompak. Ovarium
terdiri dari oogonia dan jaringan penunjang atau stroma. Mereka tergantung pada
bagian atas rongga tubuh dengan perantaraan mesovaria, di bawah atau di samping
gelembung renang (jika ada. Ukuran dan perkembangannya pada rongga tubuh
bervariasi dengan tingkat kematangannya. Pada keadaan matang ovarium bisa
mencapai 70 % dari berat tubuhnya. Sebagian besar pada waktu masih muda warna
keputih-putihan dan menjadi kekuning-kuningan pada saat matang. Pada
chondrichtyes, oviduct (Mullerian duct) dengan corong masuk (ostium tubes
abdominalis) di ujung terletak di bagian depan rongga tubuh.
Telur melewati oviduct menuju cloaca dan
keluar melalui lubang genital. Pada chondrichtyes yang ovipar, bagian depan
jaringan oviduct dimodifikasi menjadi kelenjar cangkang (shellgland); sedangkan
pada ovivipar dan vivipar, bagian belakang oviduct mmbesar menjadi suatu uterus
temapt penyimpanan anak ikan selama perkembangan embrioniknya. Keadaan yang
demikian ditemukan pada ikan dipnoi, cipenceriformes
dan bowfin.Pada ovarium terdapat oosit pada berbagai stadia tergantung pada
tipe reproduksinya (Nagahama dalam Hoar, 1983).
Menurut Harder (1975) tipe reproduksi dibagi
menjadi a) tipe sinkronisasi total dimana oosit berkembang pada stadia
yang sama. Tipe ini biasanya terdapat pada spesies ikan yang memijah hanya
sekali dalam setahun; b) tipe sinkronisasi kelompok dengan dua stadia,
yaitu oosit besar yang matang, disamping itu ada oosit yang sangat kecil tanpa
kuning telur; dan c) tipe asinkronisasi dimana ovarium terdiri dari
berbagai tingkat stadia oosit. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi fungsi
reproduksi pada spesies ikan terdiri dari faktor eksternal dan faktor internal.
Faktor eksternal meliputi curah hujan, suhu, sinar matahari, tumbuhan dan
adanya ikan jantan. Pada umumnya ikan-ikan di perairan alami akan memijah pada
awal musim hujan atau pada akhir musim hujan, karena pada saat itu akan terjadi
suatu perubahan lingkungan atau kondisi perairan yang dapat merangsang
ikan-ikan untuk berpijah.
Faktor internal meliputi kondisi tubuh dan
adanya hormone reproduksi (Redding & Reynaldo, 1993). Adapun faktor internal
yaitu tersedianya hormon steroid dan gonadotropin baik dalam bentuk hormon
Gonadotropin I (GtH I) dan Gonadotropin II (GtH II) dalam jumlah yang cukup
dalam tubuh untuk memacu kematangan
gonad diikuti ovulasi serta pemijahan.
Sebaliknya
bilamana salah satu atau kedua hormon; tersebut tidak mencukupi dalam tubuh
maka perkembangan oosit dalam ovarium terganggu bahkan akan berhenti dan
mengalami atresia (Pitcher, 1995) Faktor lingkungan merupakan stimuli yang
dapat ditangkap oleh alat indera ikan seperti kulit, mata dan hidung. Informasi
berasal dari lingkungan sampai di otak melalui reseptor yang terdapat pada
masing-masing organ sensori. Selanjutnya melalui ujungujung saraf akan
diteruskan ke hipotalamus untuk mengeluarkan Gonadotropic releasing Hormon
(GnRH) yang dapat merangsang kelenjar hipofisa anterior untuk memproduksi hormone
Gonadotropic (GtH). Hormon Gonadotropic ini melalui aliran darah akan menuju ke
gonad, kemudian akan merangsang pertumbuhan gonad yang selain mendorong
pertumbuhan oosit juga untuk memproduksi hormone steroid yangmerupakan mediator
langsung untuk pemijahan.
B. TESTES
Testes
(gonad jantan) bersifat internal dan bentuknya longitudinal, pada umumnya berpasangan.
Lamprey dan Hagfishes mempunyai testes tunggal. Pada chodrichtyhes, seringkali
gonad yang satu lebih besar dari pada yang lainnya. Testes ini bergantung pada
bagian atas rongga tubuh dengan perantaraan mesorchium, di bawah atau di samping
gelembung gas (jika ada). Mereka tersusun dari folikel-folikel tempat spermatozoa
berkembang. Ukuran dan warna gonad bervariasi tergantung pada tingkat kematangannya
dengan berat bisa mencapai 12% atau lebih dari bobot tubuhnya. Kebanyakan
testes berwarna putih kekuningan dan halus. Sebelum sampai pada lubang
pelepasan (urogenital pore), spermatozoa yang berasal dari testes terlebih
dahulu melewati vasa efferentia, epididymis, vasa defferentia, seminal vesicle,
urogenital sinus, dan urogenital papilla pada Chondrichthyes. Pada sisi seminal
vesicle dan atau kantung sperma hanya terdapat pada beberapa ikan. Pembentukan
spermatozoa dari spermatid di dalam testes disebut spermatogenesis.
Proses
ini meliputi poliferasi spermatogenia melalui pembelahan mitosis yang berulang dan
tumbuh membentuk spermatocyte primer, kemudian melalui pembelahan reduksi (meiosis)
membentuk spermatocyte sekunder. Spermatocyte sekunder membelah menjadi
spermatid, yang mengadakan metamorfose menjadi gamet yang ``motile`` (dapat bergerak)
dan punya potensi fungsional yang dinamakan spermatozoa. Proses metamorfose
spermatid sering dinamakan ``spermatogenesis``. (Hoar, 1969). Untuk menjamin
terjadinya fertilisasi, setiap ikan jantan menghasilkan banyak sekali
spermatozoa yang ukurannya begitu kecil sehingga dalam satu tetes mani bisa ditemukan
lebih kurang satu juta spermatozoa. Spermatozoa yang dihasilkan oleh jenis
ikan yang berbeda, bukan saja berbeda
dalam hereditasnya, tetapi juga berbeda dalam bentuknya. Spermatozoa ditambah
sekresi dari saluran sperma membentuk air mani (milt) yang dikeluarkan pada waktu
memijah. Spermatozoa yang tidak aktif dan tidak bergerak sampai sekresi sperma
berjumpa dengan sel telur dalam fertilisasi. Jangka waktu hidup spermatozoa
bergantung kepada spesies dan kepada substrat tempat mereka diletakkan. Jika
sperma diletakkan pada air, maka jangka waktunya lebih pendek dari pada bila
terletak dalam tubuh hewan betina. Kemungkinan hidup sel sperma juga
dipengaruhi oleh suhu, secara umum mereka hidup lebih lama pada suhu
yang rendah dari pada suhu tinggi.
C.
SEKSUALITAS
IKAN
Pada
prinsipnya, seksualitas pada ikan terdiri dari dua jenis kelamin yaitu jantan dan
betina. Ikan jantan adalah ikan yang mempunyai organ penghasil sperma, sedangkan
ikan betina adalah ikan yang mempunyai organ penghasil telur. Suatu populasi terdiri
dari ikan-ikan yang berbeda seksualitasnya, maka populasi tersebut disebut populasi
heteroseksual, bila populasi tersebut terdiri dari ikan-ikan betina saja maka disebut
monoseksual. Namun, penentuan seksualitas ikan di suatu perairan harus
berhatihati karena secara keseluruhan terdapat bermacam-macam seksualitas ikan
mulai dari hermaprodit sinkroni, protandri, protogini, hingga gonokorisme yang
berdiferensiasi maupun yang tidak berdiferensiasi.
1)
Hermaproditisme
Ikan
hermaprodit mempunyai jaringan ovarium maupun jaringan testis yang sering
dijumpai dalam beberapa famili ikan. Kedua jaringan tersebut terdapat dalam
satu organ dan letaknya seperti letak gonad yang terdapat pada individu normal.
Pada umumnya, ikan hermaprodit hanya satu sex saja yang berfungsi pada suatu
saat, meskipun ada beberapa spesies yang bersifat hemaprodit sinkroni.
Berdasarkan perkembangan ovarium dan atau testis yang terdapat dalam satu
individu dapat menentukan jenis hermaproditismenya.
a.
Hermaprodit
sinkroni/simultaneous
Apabila dalam gonad individu terdapat sel kelamin
betina dan sel kelamin jantan yang dapat masak bersama-sama dan siap untuk dikeluarkan.
Ikan hermaprodit jenis ini ada yang dapat mengadakan pembuahan sendiri dengan
mengeluarkan telur terlebih dahulu kemudian dibuahi oleh sperma dari individu yang
sama, ada juga yang tidak dapat mengadakan pembuahan sendiri. Ikan ini dalam satu
kali pemijahan dapat berlaku sebagai jantan dengan mengeluarkan sperma untuk membuahi
telur dari ikan yang lain, dapat pula berlaku sebagai betina dengan mengeluarkan
telur yang akan dibuahi sperma dari individu lain. Contoh ikan hermaprodit
sinkroni yaitu ikan-ikan dari Famili Serranidae.
b.
Hermaprodit
protandri
Ikan yan di dalam tubuhnya mempunyai gonad
yang mengadakan proses diferensiasi dari fase jantan ke fase betina. Ketika
ikan masih muda gonadnya mempunyai daerah ovarium dan daerah testis, tetapi
jaringan testis mengisi sebagian besar gonad pada bagian lateroventral. Setelah
jaringan testisnya berfungsi dan dapat mengeluarkan sperma, terjadi masa
transisi yaitu ovariumnya membesar dan testis mengkerut. Pada ikan yang sudah
tua, testis sudah tereduksi sekali sehingga sebagian besar dari gonad diisi
oleh jaringan ovarium yang berfungsi, sehingga ikan berubah menjadi fase
betina. Contoh ikan-ikan yang termasuk dalam golongan ini antara lain Sparus
auratus, Sargus annularis, Lates calcarifer (ikan kakap).
c.
Hermaprodit
protogini
Merupakan keadaan yang sebaliknya dengan
hermaprodit protandri. Proses diferensiasi gonadnya berjalan dari fase betina
ke fase jantan. Pada beberapa ikan yang termasuk golongan ini sering terjadi
sesudah satu kali pemijahan, jaringan ovariumnya mengkerut kemudian jaringan
testisnya berkembang. Salah satu spesies ikan di Indonesia yang sudah dikenal
termasuk ke dalam golongan hermaprodit protogini ialah ikan belut sawah (Monopterus
albus) dan ikan kerapu Lumpur (Epinephelus tauvina). Ikan ini
memulai siklus reproduksinya sebagai ikan betina yang berfungsi, kemudian
berubah menjadi ikan jantan yang berfungsi. Urutan daur hidupnya yaitu : masa
juvenile yang hermaprodit, masa betina yang berfungsi, masa intersek dan masa
terakhir masa jantan yang berfungsi. Pada ikan-ikan yang termasuk ke dalam
Famili Labridae, misalnya Halichieres sp. terdapat dua macam jantan yang
berbeda. Ikan jantan pertama terlihatnya seperti betina tetapi tetap jantan
selama hidupnya, sedangkan jantan yang kedua ialah jantan yang berasal dari perubahan
ikan betina. Pada ikan-ikan yang mempunyai dua fase dalam satu siklus hidupnya,
pada tiap-tiap fasenya sering didapatkan ada perbedaan baik dalam morfologi maupun
warnanya. Keadaan demikian menyebabkan terjadinya kesalahan dalam mendeterminasi
ikan itu menjadi dua nama, yang sebenarnya spesies ikan itu sama.
Misalnya pada ikan Larbus ossifagus
ada dua individu yang berwarna merah dan ada yang berwarna biru. Ternyata
ikan yang berwarna merah adalah ikan betina, sedangkan yang berwarna biru
adalah ikan jantan. Hermaprodit protandri dan hermaprodit protogini sering
disebut hermaprodit beriring. Pada waktu ikan itu masih muda mempunyai gonad
yang berorganisasi dua macam seks, yaitu terdapat jaringan testis dan ovarium
yang belum berkembang dengan baik. Proses suksesi kelamin dari satu populasi
hermaprodit protandri atau hermaprodit protogini terjadi pada individu yang
berbeda baik menurut ukuran atau umur, tetapi merupakan suatu proses yang beriring.
2) Gonokhorisme
Selain
hermaproditisme, pada ikan terdapat juga gonokhorime, yaitu kondisi seksual
berganda yaitu pada ikan bertahap juvenil gonadnya tidak mempunyai jaringan yang
jelas status jantan atau betinanya. Gonad tersebut kemudian berkembang menjadi semacam
ovarium, setelah itu setengah dari individu ikan-ikan itu gonadnya menjadi ovarium
(menjadi ikan betina) dan setengahnya lagi menjadi testis (menjadi ikan
jantan). Gonokhoris yang demikian dinamakan gonokhoris yang “tidak
berdiferensiasi:, yaitu keadaannya tidak stabil dan dapat terjadi interseks
yang spontan. Misalnya Anguilla anguilla dan Salmo gairdneri irideus adalah
gonokhoris yang tidak berdiferensiasi. Ikan gonokhorisme yang “berdiferensiasi”
sejak dari mudanya sudah ada perbedaan antara jantan dan betina yang sifatnya
tetap sejak dari kecil sampai dewasa, sehingga tidak terdapat spesies yang
interseks.
D. SIFAT SEKSUAL PRIMER DAN SEKUNDER
Sifat
seksual primer pada ikan ditandai dengan adanya organ yang secara langsung
berhubungan dengan proses reproduksi, yaitu ovarium dan pembuluhnya pada ikan
betina, dan testis dengan pembuluhnya pada ikan jantan. Sifat seksual sekunder
ialah tanda-tanda luar yang dapat dipakai untuk membedakan ikan jantan dan ikan
betina. Satu spesies ikan yang mempunyai sifat morfologi yang dapat dipakai
untuk membedakan jantan dan betina dengan jelas, maka spesies itu bersifat
seksual dimorfisme. Namun, apabila satu spesies ikan dibedakan jantan dan
betinanya berdasarkan perbedaan warna, maka ikan itu bersifat seksual
dikromatisme. Pada umumnya ikan jantan mempunyai warna yang lebih cerah dan
lebih menarik dari pada ikan betina. Pada dasarnya sifat seksual sekunder dapat
dibagi menjadi dua yaitu :
a) Sifat seksual sekunder yang bersifat
sementara, hanya muncul pada waktu musim pemijahan saja. Misalnya “ovipositor”,
yaitu alat yang dipakai untuk menyalurkan telur ke bivalvia, adanya semacam
jerawat di atas kepalanya pada waktu musim pemijahan. Banyaknya jerawat dengan
susunan yang khas pada spesies tertentu bisa dipakai untuk tanda menentukan
spesies, contohnya ikan Nocomis biguttatus dan Semotilus atromaculatus
jantan.
b) Sifat seksual sekunder yang bersifat permanent
atau tetap, yaitu tanda ini tetap ada sebelum, selama dan sesudah musim
pemijahan. Misalnya tanda bulatan hitam pada ekor ikan Amia calva jantan,
gonopodium pada Gambusia affinis, clasper pada golongan ikan Elasmobranchia,
warna yang lebih menyala pada ikan Lebistes, Beta dan ikan-ikan karang,
ikan Photocornycus yang berparasit pada ikan betinanya dan sebagainya. Biasanya
tanda seksual sekunder itu terdapat positif pada ikan jantan saja. Apabila ikan
jantan tadi dikastrasi (testisnya dihilangkan), bagian yang menjadi tanda
seksual sekunder menghilang, tetapi pada ikan betina tidak menunjukkan sesuatu
perubahan. Sebaliknya tanda bulatan hitan pada ikan Amia betina akan
muncul pada bagian ekornya seperti ikan Amia jantan, bila ovariumnya
dihilangkan. Hal ini disebabkan adanya pengaruh dari hormon yang dikeluarkan
oleh testis mempunyai peranan pada tanda seksual sekunder, sedangkan tanda
hitam pada ikan Amia menunjukkan bahwa hormone yang dikeluarkan oleh
ikan betina menjadi penghalang timbulnya tanda bulatan hitam.
E. STRATEGI REPRODUKSI
Berdasarkan organ tempat embrio berkembang dan tempat
terjadinya pembuahan, terdapat tiga golongan ikan:
a)
Ikan
ovipar
Golongan
ovipar yaitu ikan yang mengeluarkan telur pada waktu pemijahan. Sebagian besar
jenis ikan tergolong ke dalam golongan ovipar. Beberapa contoh ikan yang termasuk
dalam golongan ini adalah Ikan mas (Cyprynus carpio), mujair (Oreochromis
mosambicus), kakap (Lates calcarifer) dan tongkol (Euthynus spp.). Beberapa
ikan berpijah secara bersama-sama dan tanpa berpasangan. Sejumlah ikan jantan
dan betina megeluarkan sperma dan telur secara bersama dalam suatu lingkungan
yang cocok. Jumlah telur yang banyak dibiarkan hanyut dalam perairan terbuka,
terbawa dan terapung oleh turbulensi arus, kemudian menempel pad substrat. Spesiae
lain memiliki kebiasaan berpasangan dalam memijah setelah satu atau dari pasangan
tersebut keduanya menyiapkan tempat untuk meletakkan telur. Beberapa jenis ikan
memendam telurnya di krikil dan kemudian meninggalkannya, sedangkan jenis lain akan
menjaga mengawal) sarangnya. Ikan
belanak (Liza spp, Mugil spp, valamugil sp) merupakan jenis ikan pantai yang
umumnya melakukan pemijahan di daerah pantai dengan salinitas yang agak tinggi.
Telur-telur dikeluarkan begitu saja dan terbawa arus sampai ke muara sungai.
Anak-anak belanak akan bergerak ke tambak dan bahkan ada yang masuk ke perairan
tawar.
b)
Ikan
vivipar
Golongan
vivipar merupakan ikan yang melahirkan anak dalam pola reproduksinya. Anak ikan
yang dilahirkan oleh golongan ikan vivipar hamper menyerupai individu dewasa.
Kandungan kuning telur sangat sedikit dan perkembangan embrio ditentukan oleh
hubungannya dengan placenta pada tahap awal untuk mencukupi kebutuhan makanannya.
Golongan ikan ini umumnya berfekunditas kecil, tidak seperti pada golongan ikan
ovipar yang memiliki fekunditas lebih besar. Meskipun demikian keturunannya mendapat
semacam jaminan dari induk untuk dapat melangsungkan awal hidupnya dengan aman.
Keadaan demikian menunjukkan bahwa ikan vivipar stuasinya lebih modern dari
pada ikan ovipar dalam mempertahankan eksistensi species dari keadaan lingkungan
sekelilingnya termasuk dari serangan predator. Umumnya jenis ikan bertulang
rawan (hiu dan pari) nerupakan kelompok vivipar, meskipun demikian beberapa
ikan bertulang sejati bisa dikategorikan melahirkan anak, seperti family
Poeciliidae, Goodidae, Anablepidae dan Yaminsiidae.
c)
Ikan
ovovivipar
Golongan
ikan ovovipar ini melahirkan anak seperti halnya vivipar, namun pekembangan
anak di dalam kandungan induk mendapatkan makanan dari persediaan kuning telur
yang tersedia non placental. Dalam perkembangan yang demikian anak mendapat
keperluan material untuk pertumbuhannya dari induk melalui penyerapan zatzat yang
dikeluarkan oleh uterus. Zat tersebut disebut “Susu uterin“ atau embriotrophe. Spesies
ikan ovovivpar jumlahnya jauh lebih banyak dari pada ikan vivipar. Pada embrio
ikan Squalus acanthias terdapat dua macam kantung telur yaitu kantung
yang di luar tubuh dan kantung didalam tubuh. Kantung kuning telur dalam tubuh
sebagai hasil perkembangan batang kantung kuning telur bagian luar yang tumbuh pada
bagian dalam. Butir-butir kuning telur dari kantung luar bergerak ke bagian kantung
dalam terus ke usus untuk dicerna.
Berbeda
dengan golongan ikan vivipar dan ovovipar, maka ikan ovipar yang merupakan
mayoritas dari ikan yang ada pada waktu pemijahan membuahi telurnya di luar
tubuh. Telur yang dikeluarkan dari tubuh induk dibuahi oleh ikan jantan dengan berbagai
cara. Semua tingkah laku yang dilakukan oleh ikan tersebut pada waktu pemijahan
bertujuan agar semua telur yang dikeluarkan dapat dibuahi dengan baik.
Ikanbertulang rawan yang tergolong ke dalam ovovivipar memiliki masa mengandung
yang berbeda-beda. Ikan Myliobastis bovia masa mengandungnya empat
bulan, Urolophus halleri tiga bulan dan Squalus acanthias dua
bulan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Fungsi
reproduksi pada ikan pada dasarnya merupakan bagian dari sistem reproduksi yang
terdiri dari komponen kelenjar kelamin atau gonad, dimana pada ikan betina
disebut ovarium sedang pada jantan disebut testis beserta salurannya. Pada prinsipnya,
seksualitas pada ikan terdiri dari dua jenis kelamin yaitu jantan dan betina. Ikan
jantan adalah ikan yang mempunyai organ penghasil sperma, sedangkan ikan betina
adalah ikan yang mempunyai organ penghasil telur. Sifat seksual primer pada
ikan ditandai dengan adanya organ yang secara langsung berhubungan dengan
proses reproduksi, yaitu ovarium dan pembuluhnya pada ikan betina, dan testis
dengan pembuluhnya pada ikan jantan. Sifat seksual sekunder ialah tanda-tanda
luar yang dapat dipakai untuk membedakan ikan jantan dan ikan betina.
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, S.
1974. Ickthiologi Sistematika (Ichtyologi
– I), Proyek Peningkatan/Pengembangan Perguruan tinggi, IPB
DDD. Lagler, K.F., J.E.
Bardach, R.R. Miller and D.R.M. Passino. 1977.Ichthyology. Second edition. John
Wiley & Sons, New York
G.M. Cailliet (eds.). 1979. Readings in Ichthyology. Prentice-Hall
of India Private Limited, New Delhi
Nelson, J.S. 1976. Fishes of the World, New York.
Rahardjo, M.F. 1980. Ichthyologi. Departemen Biologi Perairan,
Fakultas Perikanan, IPB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar